Miris! Kasus Bullying di MTs Donggala Jadi Sorotan Nasional

by

in


Perundungan (bullying) di kalangan remaja kembali menjadi sorotan setelah sebuah video aksi perundungan viral di media sosial. Video tersebut menunjukkan tiga siswi Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, yang melecehkan seorang temannya di dalam kelas. Kasus ini menarik perhatian publik, karena korban yang diketahui berinisial AL, adalah seorang anak yatim yang berasal dari keluarga kurang mampu. Jarak rumahnya ke sekolah bahkan mencapai 4 kilometer, yang harus ditempuh dengan berjalan kaki setiap hari.

Dalam video yang diunggah di Instagram pada Senin, 15 September 2025, tampak jelas bagaimana tiga pelaku melakukan tindakan kekerasan terhadap korban. Aksi perundungan tersebut dimulai ketika guru kelas bertanya tentang keberadaan tiga siswi yang tidak masuk kelas. Korban, yang ditanya oleh guru, memberikan jawaban yang ia ketahui, namun para pelaku menuduh korban melaporkan mereka kepada guru. Ketiga pelaku tidak terima dan kemudian melakukan aksi perundungan tersebut. Mereka memperlakukan korban dengan kejam, bahkan melucuti pakaian korban di dalam kelas.

Kasus ini memunculkan keprihatinan publik yang semakin mendalam, mengingat AL adalah anak yatim dan berasal dari keluarga yang kurang mampu. Keberadaan AL di sekolah yang jauh dari rumah, dengan harus berjalan kaki sejauh 4 kilometer, semakin menambah rasa empati masyarakat terhadap nasibnya. Aksi perundungan yang dilakukannya ternyata tidak hanya menghancurkan psikologis korban, tetapi juga mencoreng citra pendidikan yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan mendukung perkembangan anak-anak.

Setelah video aksi perundungan viral, pihak sekolah langsung mengambil tindakan tegas dengan mengeluarkan ketiga pelaku dari sekolah. Keputusan tersebut diambil setelah rapat dewan guru pada 15 September 2025. Kepala MTs Alkhairaat, Rihwan, menyampaikan bahwa orang tua pelaku menerima keputusan tersebut dan pihak sekolah juga meminta maaf atas insiden yang mencoreng nama baik sekolah tersebut.

Kasus ini mengingatkan kita akan pentingnya peran semua pihak dalam mencegah terjadinya perundungan di lingkungan sekolah. Tidak hanya sekolah, tetapi orang tua dan masyarakat juga memiliki peran vital dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak. Pendidikan tidak hanya meliputi pengajaran akademis, tetapi juga pembentukan karakter yang berlandaskan pada empati, kasih sayang, dan menghormati sesama. Sekolah harus menjadi tempat yang tidak hanya aman secara fisik, tetapi juga aman secara psikologis, di mana anak-anak dapat berkembang tanpa adanya rasa takut atau terintimidasi.

Lebih lanjut, kasus ini juga menyoroti pentingnya pendekatan restoratif dalam menangani perundungan. Pendekatan ini bukan hanya berfokus pada hukuman, tetapi juga pada pemulihan dan pembelajaran bagi korban dan pelaku. Semua pihak yang terlibat, termasuk korban, pelaku, dan keluarga mereka, perlu diberikan pendampingan psikologis untuk membantu mereka memahami dampak dari tindakan perundungan dan mencari solusi yang lebih konstruktif untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Selain itu, kasus ini juga menunjukkan betapa pentingnya peran media sosial dalam menyebarluaskan informasi yang dapat memicu perubahan. Meskipun video perundungan ini awalnya tersebar di media sosial, hal ini justru membuka mata banyak orang terhadap betapa seriusnya masalah ini. Masyarakat pun semakin sadar bahwa tindakan perundungan tidak bisa dianggap remeh dan perlu ditanggapi dengan serius.

Untuk mencegah agar kasus serupa tidak terulang, penting bagi pihak sekolah untuk memiliki kebijakan yang jelas terkait penanganan kasus perundungan. Sekolah harus mampu menciptakan suasana yang mendukung perkembangan emosional dan sosial anak-anak, bukan hanya dalam ranah akademik. Dalam hal ini, seluruh ekosistem pendidikan, mulai dari guru, staf sekolah, orang tua, hingga masyarakat, harus bekerja sama untuk mengurangi dampak negatif perundungan yang bisa berlanjut hingga dewasa.

Sebagai langkah pencegahan, masyarakat dapat melaporkan kasus perundungan melalui hotline Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129 atau melalui WhatsApp di nomor 08111-129-129. Pendampingan dan dukungan kepada korban sangat penting untuk memulihkan kondisi psikologis mereka.

Kita tidak bisa menyalahkan salah satu pihak dalam kasus ini, karena sudah berapa kali hal ini terjadi di ruang lingkup pendidikan, tetapi bagaimana sebagai orang tua harus menaruh perhatian yang serius terhadap pendidikan di dalam rumah tangga, bagaimana anak tidak hanya dituntut memiliki prestasi akedemik, karena yang lebih penting adalah anak tumbuh dan berkembang menjadi individu yang berbudi pekerti luhur.

Jangan menuntut orang lain untuk berubah, tetapi justru kita harus menuntut diri kita sendiri untuk berubah . Tetap update berita terbaru jika paket data habis jangan lupa isi kuota internet murah dengan aplikasi pulsa murah Galeripay. Tetap semangat Life Must Go On.

sumber : Arah Publik


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Download Aplikasi GALERIPAY